Jumat, 27 Desember 2013

MAKALAH METODE PENINGKATAN HASIL PRODUKSI

MAKALAHMETODE PENINGKATAN HASIL PRODUKSI


    OLEH
      SUGI NUGROHO
  D1A012011





PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI.A
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa difahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam (bahasa Inggris: crop cultivation) serta pembesaran hewan ternak (raising), meskipun cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe, atau sekedar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan.
Usaha pertanian diberi nama khusus untuk subjek usaha tani tertentu. Kehutanan adalah usaha tani dengan subjek tumbuhan (biasanya pohon) dan diusahakan pada lahan yang setengah liar atau liar (hutan). Peternakan menggunakan subjek hewan darat kering (khususnya semua vertebrata kecuali ikan dan amfibia) atau serangga (misalnya lebah). Perikanan memiliki subjek hewan perairan (termasuk amfibia dan semua non-vertebrata air). Suatu usaha pertanian dapat melibatkan berbagai subjek ini bersama-sama dengan alasan efisiensi dan peningkatan keuntungan. Pertimbangan akan kelestarian lingkungan mengakibatkan aspek-aspek konservasi sumber daya alam juga menjadi bagian dalam usaha pertanian.
Semua usaha pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang sama akan pengelolaan tempat usaha, pemilihan benih/bibit, metode budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan pengemasan produk, dan pemasaran. Apabila seorang petani memandang semua aspek ini dengan pertimbangan efisiensi untuk mencapai keuntungan maksimal maka ia melakukan pertanian intensif (intensive farming). Usaha pertanian yang dipandang dengan cara ini dikenal sebagai agribisnis. Program dan kebijakan yang mengarahkan usaha pertanian ke cara pandang demikian dikenal sebagai intensifikasi
.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa saja macam-macam metode atau usaha dalam meningkatkan produksi pertanian?
2.      Bagaimana metode meningkatkan produksi pertanian dan pengolahan lahan?




1.3  Tujuan Masalah
Agar kita dapat mengetahui macam-macam metode dalam meningkatkan hasil pertanian dan pengolahan lahan














BAB II
PEMBAHASAN

2.1     Macam-macam Metode Dalam Meningkatkan Produksi Pertanian
Macam-macam metode dalam meningkatkan hasil pertanian dibagi menjadi :
·         Intensifikasi pertanian
·         Ekstensifikasi pertanian
·         Mekanisasi pertanian
·         Rehabilitasi pertanian
·         Diversifikasi Pertanian


1.      Intensifikasi pertanian
Intensifikasi pertanian adalah pengolahan lahan pertanian yang ada dengan sebaik-baiknya untuk meningkatkan hasil pertanian dengan menggunakan berbagai sarana. Intensifikasi pertanian banyak dilakukan di Pulau Jawa dan Bali yang memiliki lahan pertanian sempit.
Pada awalnya intensifikasi pertanian ditempuh dengan program  panca usaha tani, meliputi kegiatan sebagai berikut :
Panca Usaha Tani
Panca usaha tani adalah salah satu upaya atau program yang bertujuan untuk meningkatkan hasil pertanian. Dalam panca tani ada lima usaha yang harus dilakukan oleh petani untuk menggarap lahan pertaniannya agar mendapat hasil yang maksimal.
Dinamakan dengan sebutan panca usaha tani karena kata panca berarti lima. Jadi dalam usaha tani tersebut ada lima proses yang harus dilalui agar hasil jadi maksimal.
1.         Pengolahan tanah yang baik
Setelah berhasil mendapatkan bibit unggul yang baik, hal yang harus dilakukan kemudian adalah mengolah tanah agar siap pakai. Mengolah tanah bisa dengan dua macam cara, yaitu menggunakan alat tradisional (cangkul) atau alat modern (traktor).
Pengolahan ini bertujuan agar tanah tidak padat dan bisa menyerap air lebih baik. Tanah yang sudah diolah, tentu akan lebih mudah untuk ditanami. Tanaman pun akan lebih mudah tumbuh dan mengambil zat-zat hara dalam tanah apabila sudah tidak padat.
2.      Pengairan/irigasi yang teratur
Hal lain yang juga penting dalam intensifikasi pertanian adalah pengaturan pasokan air ke lahan pertanian. Bagaimanapun tanaman adalah makhluk hidup yang sangat tergantung akan air. Pasokan air yang cukup tentu akan sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, dan tentu saja produk yang akan dihasilkan nanti.
3.      Pemilihan dan penggunaan bibit unggul
Sebelum mulai memanfaatkan lahan pertanian, Anda harus pintar-pintar memilih bibit unggul, karena bibit yang unggul tentu akan menghasilkan produk pertanian yang berkualitas.
Jenis bibit unggul yang baik adalah bibit yang yang hampir tidak memiliki kekurangan. Mulai dari ukuran dan kuantitas produk yang akan dihasilkan nanti, sampai pada ketahanan bibit tersebut terhadap serangan hama. Contoh bibit unggul adalah IR 64, PB 5, atau Rajalele (untuk bibit padi).

4. Pemupukan
Jika manusia butuh vitamin untuk menunjang kesehatan tubuh, maka tanaman akan membutuhkan pupuk sebagai penunjang pertumbuhan. Pupuk sangat diperlukan walau sebenarnya dalam tanah sendiri sudah terkandung banyak zat yang dibutuhkan oleh tanaman.
Pilihlah pupuk dengan tepat, apakah harus memakai pupuk alami (misal: kompos) atau pupuk buatan (misal: NPK). Tak hanya jenis pupuk, tapi cara, dosis dan waktu pemberian pupuk pun harus Anda perhatikan agar intensifikasi pertanian bisa sukses menghasilkan produk yang berkualitas.

5. Pemberantasan hama dan penyakit tanaman
Pemeliharaan selanjutnya adalah memberantas hama pengganggu tanaman yang bisa menurunkan kualitas maupun kuantitas produk pertanian. Tak hanya hama yang identik dengan binatang pengganggu dan mikroorganisme penyebab tanaman sakit, Anda juga harus menghilangkan tanaman pengganggu yang disebut gulma.
Cara pemberantasan hama ini juga bermacam-macam. Misalkan dengan melepas predator hama (contoh: ular sebagai predator akan memangsa hama tikus). Jika diperlukan, Anda bisa menggunakan bahan kimia seperti pestisida.
Seiring dengan perkembangan, Panca Usaha Tani kemudian berubah  menjadi Sapta Usaha Tani: dengan penambahan 6. Pasca Panen dan 7. Pemasaran.
2.      Ektensifikasi pertanian
            Adalah usaha meningkatkan hasil pertanian dengan cara memperluas lahan pertanian baru,misalnya membuka hutan dan semak belukar, daerah sekitar rawa-rawa, dan daerah pertanian yang belum dimanfatkan. Selain itu, ekstensifikasi juga dilakukan dengan membuka persawahan pasang surut.
    Ekstensifikasi pertanian banyak dilakukan di daerah jarang penduduk seperti di luar Pulau Jawa, khususnya di beberapa daerah tujuan transmigrasi, seperti Sumatera, Kalimantan dan Irian Jaya.

A.      Macam-macam ekstensifikasi pertanian
1.      Perluasan lahan pertanian dengan pembukaan hutan baru
          Ekstensifikasi pertanian dengan melakukan perluasan dan pembukaan hutan yang masih tertutup atau belum pernah dijadikan lahan pertanian. Sebenarnya sistem nomaden atau berpindah-pindah ladang yang dilakukan masyarakat Indonesia sejak dulu merupakan hasil dari perluasan lahan yang mandiri. Pembukaan hutan ini dilakukan secara serentak maupun perseorangan. Membuka hutan baru yang lahannya masih subur diharapkan dapat meningkatkan.

2.      Perluasan lahan pertanian dengan pembukaan lahan kering
          Ekstensifikasi pertanian dengan pembukaan lahan kering memerlukan penanganan lebih khusus. Lahan kering merupakan sebuah lahan yang  yang memiliki tanah kering, kurang subur dan mudah terbawa air/erosi. Dalam pemanfaatannya, lahan kering harus diberi perlakuan tambahan agar dapat meningkatkan produksi pertanian. Salah satu caranya adalah dengan menaman tanaman yang dapat meningkatkan kesuburan tanah seperti jenis kacang-kacangan, pohon lamtoro yang bisa menambah kandungan nutrisi dalam tanah.

3.      Perluasan lahan pertanian dengan pembukaan lahan gambut
          Lahan gambut merupakan lahan yang sangat potensial untuk ditanami. Lahan ini sangat subur dan berair. Lahan ini dapat digunakan untuk meningkatkan hasil produksi tanaman. Di Indonesia, lahan gambut ini banyak terdapat di Sumatera dan Kalimantan.

B.     Dampak dari dilakukan ekstensifikasi pertanian
    Terlepas dari tingginya perrmintaan akan kebutuhan pangan, ada dampak negative yang ditimbulkan dari dilakukannya ekstensifikasi pertanian ini. Dampaknya antara lain :
1.      Rusaknya ekosistem pada lahan-lahan tertentu
          Dengan dibukanya lahan-lahan pertanian seperti pada hutan, lahan gambut, tentu saja dapat merusak ekosistem yang ada disekitarnya. Dengan adanya kegiatan bercocok tanam dan pemukiman penduduk yang baru tentu mengganggu populasi hewan dan tumbuhan. Selain itu, hutan sebagai sumber produksi Oksigen terbesar yang sangat penting bagi manusia juga ikut hilang.

2.      Berkurangnya habitat alami hewan di alam
          Ekstensifikasi pertanian ini dapat menyebabkan hewan yang tinggal dan hidup di alam menjadi terganggu habitatnya dan mulai tersingkir tempat hidupnya lebih jauh lagi. Tidak heran jika ada rombongan Gajah atau Harimau yang datang menyerang pertanian dan merusaknya karena mereka kelaparan dan tidak memiliki tempat tinggal lagi.
          Oleh karena itu, diharapkan program ekstensifikasi pertanian yang seimbang dan selaras dengan perubahan alam maupun ekosistem yang ada, agar perluasan lahan menjadi bermanfaat dan tidak merusak alam.

3.      Mekanisasi pertanian
Adalah usaha meningkatkan hasil pertanian dengan menggunakan mesin-mesin pertanian modern. Mekanisasi pertanian banyak dilakukan di luar Pulau Jawa yang memiliki lahan pertanian luas. Pada program mekanisasi pertanian, tenaga manusia dan hewan bukan menjadi tenaga utama.

4.        Rehabilitasi pertanian
Adalah usaha memperbaiki lahan pertanian yang semula tidak produktif atau sudah tidak berproduksi menjadi lahan produktif atau mengganti tanaman yang sudah tidak produktif menjadi tanaman yang lebih produktif. Sebagai tindak lanjut dari program-program tersebut, pemerintah menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
·         Memperluas,memperbaiki dan memelihara jaringan irigasi yang meluas di seluruh wilayah Indonesia
·         Menyempurnakan sistem produksi pertanian pangan melalui penerapan berbagai paket program yang diawali dengan program Bimbingan Masal (Bimas) pada tahun 1970. Kemudian disusul dengan program intensifikasi Masal (Inmas), Intensifikasi Khusus (Insus) dan Supra Insus yang bertujuan meningkatkan produksi pangan secara berkesinambungan.
·         Membangun pabrik pupuk serta pabrik insektisida dan pestisida yang dilaksanakan untuk menunjang proses produksi pertanian.
Usaha-usaha meningkatkan hasil pertanian dapat dilakukan antara lain dengan cara :
·         Membangun gudang-gudang, pabrik penggilingan padi dan menetapkan harga dasar gabah
·         Memberikan berbagai subsidi dan insentif modal kepada para petani agar petani dapat meningkatkan produksi pertaniannya.
·         Menyempurnakan sistem kelembagaan usaha tani melalui pembentukan kelompok tani, dan Koperasi Unit Desa (KUD) di seluruh pelosok daerah yang bertujuan untuk memberikan motivasi produksi dan mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi para petani.



5.      Diversifikasi pertanian
Adalah usaha penganekaragaman jenis usaha atau tanaman pertanian untuk menghindari ketergantungan pada salah satu hasil pertanian. Diversifikasi pertanian dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
Memperbanyak jenis kegiatan pertanian, misalnya seorang petani selain bertani juga beternak ayam dan beternak ikan. Memperbanyak jenis tanaman pada suatu lahan, misalnya pada suatu lahan selain ditanam jagung juga ditanam padi ladang.

2.2  Metode Meningkatkan Produksi Dan Keterbatasan Lahan
Pekarangan merupakan lahan terbuka yang terdapat di sekitar tempat tinggal. Lahan ini jika dipelihara dengan baik akan memberikan lingkungan yang menarik, nyaman dan sehat serta menimbulkan kebetahan bagi empunya rumah. Selain itu pemanfaatan yang optimal walaupun sebagai manifestasi penyaluran hobi akan mendatangkan beragam keuntungan. Untuk pemenuhan kebutuhan dapur sehari-hari, estetika, hobi bahkan untuk keuntungan materil yang komersil, penanaman pekarangan dapat dilakukan. Selain itu hal ini tak lain dan tak bukan bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui kemandirian masyarakat tani dengan pemberdayaan potensi yang ada termasuk pekarangan.
Lantas, bagaimana apabila lahan pekarangan atau di sekitar rumah sempit, bahkan yang tersisa hanya halaman depan/ belakang yang minim atau juga berupa teras rumah dengan ukuran yang tak seberapa luas yang telah dicor dengan semen. Lalu, dimana dan bagaimana bisa menanam sementara dalam kondisi dalam keterbatasan seperti ini.
Ada beberapa teknik yang dapat dijadikan rujukan dalam pemanfaatan agar tetap produktif di lahan sempit. Talampot dan vertikultur adalah dua diantaranya yang dapat dipedomani. Teknik ini bisa menjadi solusi dalam masalah keterbatasan lahan.

1.   Tampot/ Talampot
Tampot/ talampot dalam aplikasinya merupakan istilah untuk penanaman ragam tanaman termasuk hortikultura yang dilakukan dalam pot. Hal ini memang sudah akrab sejak lama. Selain tanaman hias, beberapa tahun silam misalnya tabulampot (tanaman buah dalam pot) menjadi trend dengan bermacam komoditi buah seperti mangga, jambu biji, belimbing, jeruk dan lain sebagainya. Bukan hanya sekedar menyalurkan hobi atau pemenuhan kebutuhan buah di rumah, namun tak jarang hasil tabulampot juga menjadi penambah penghasilan (dijual).
Selain tanaman buah penanaman dalam pot/ polybag dengan komoditi sayuran juga kerap dilakukan. Paling tidak demi mencukupi kebutuhan dapur rumah tangga. Jenis sayuran yang dapat ditanam di pot atau polybag di antaranya bawang-bawangan, jahe, seldri, cabe, pakchoy, bayam dan lain-lain.

2.   Vertikultur
Sementara teknik kedua yakni vertikultur yang merupakan tampot/ talampot yang teknis pemposisian pot/ polybag lebih diatur dengan tingkat produktivitas lebih tinggi daripada penanaman di pot biasa untuk lahan sempit. Hal ini dikarenakan adanya pengaturan posisi dari letak pot-pot tanaman secara vertikal agar lebih dapat memuat banyak tanaman pada lahan yang terbatas.
Pada teknis vertikultur selain penggunaan pot, wadah penanaman sayuran juga bisa dilakukan dengan mensubstitusinya dengan paralon atau memanfaatkan barang-barang bekas seperti keranjang, bambu/ betung, kaleng-kaleng bekas biskuit dan bahan lainnya.
Vertikultur sendiri diambil dari bahasa Yunani. Kata “vertical” yang berarti ke atas/ bertingkat dan “culture” yakni bertanam. Jika diartikan sepenuhnya vertikultur adalah penanaman bertingkat/ ke atas. Sebenarnya teknik ini hanya sebagai bentuk pengoptimalan pengusahaan budidaya di tengah lahan yang terbatas.
Beberapa keunggulan dari penerapan teknik ini yaitu tetap bisa produktif meski lahan terbatas, dapat memenuhi kebutuhan pangan tertentu secara mandiri, merangsang kreatifitas dan inovasi serta membuat keindahan tersendiri karena vertikultur mengandung seni pengaturan posisi tanaman agar bisa maksimal. Selain itu yang tak kalah penting, membuat lingkungan yang asri yang konon katanya dapat memberikan sebuah lingkungan terapi (healing) tersendiri dalam hal psikologis.
Teknik ini sendiri sangat fleksibel dan dapat dilakukan siapa saja dengan beragam usia mulai dari anak sekolah sampai usia tua. Keaplikatifannya membuat teknik ini menjadi trend dikalangan perkotaan yang notabene memang mengalami keterbatasan lahan untuk menanam sayuran. Selain itu pemanfaatan ragam barang bekas dapat dilakukan misalnya saja paralon, bambu (betung), bekas minuman gelas dan lain-lain. Pekakas yang dapat digunakan antara lain gergaji, paku linggis dan bor.
Berikut salah satu contoh sederhana pembuatan :
1.      Sediakan bambu (untuk lebih sederhana dan bermodal rendah bagi petani) berdiameter 10-15 cm sepanjang 1-2 m.
2.      Pembatas bagian dalam antar ruas bambu (betung) dilobangi.Buat belahan pada masing-masing ujung yang diberi bahan serupa kayu sebagai tegakan bagi bambu. 
3.      Buat lobang berdiameter + 2 cm secara bertingkat dan berselangan.
4.      Atur jarak sedemikian rupa sehingga kita bisa mendapatkan jarak tanaman yang tak terlalu rapat.
5.      Hal ini disesuaikan dengan jenis sayur yang akan kita tanam.
6.      Masukkan komposisi media pertanaman.
7.      Media juga dapat kita sesuaikan dengan keinginan kita (organik atau konvensional).
8.      Tanaman siap ditanam sesuai dengan pilihan kita.

Ctt : kita dapat mengkreasikan jenis dan model pertanaman sesuai dengan selera dan estetika yang kita inginkan


Vertikultur memiliki beberapa varian teknis penerapan di antaranya :
-          Vertiding
-          Vertigar
-          Vertirak
-          Vertitambat
-          Verti gantung
-          Verti keranjang dan
-          Vertikultur dengan talang

Vertiding (vertikultur di dinding) yakni memanfaatkan dinding luar rumah dengan wadah pot. Berbeda sedikit, vertirak (vertikultur rak) memanfaatkan dinding luar namun dengan wadah rak. Teknik ini dapat dilakukan dengan menyusun tiga atau empat baris tanam dalam rak. Rak sendiri dapat mempergunakan bambu, talang air atau paralon sebagai wadah. Selain itu juga teknik vertikultur ini ada yang dimanfaatkan untuk tanaman merambat (vertitambat) dengan memanfaatkan pagar sebagai fasilitas rambat tanaman dengan menjejerkan pot tanaman sejajar dengan pagar.
Pengaturan posisi jarak antar tanaman ke atas bisa diatur sedemikian rupa tergantung tanaman yang ditanam dengan batas ketinggian. Pengaturan ini menjadi seni tersendiri yang akan mendatangkan kesan keindahan dalam tata letaknya.
Pemenuhan kebutuhan pupuk terhadap budidaya skala ini tidaklah sulit. Sampah organik yang berasal dari dapur kita dapat diolah dan dijadikan nutrisi bagi tanaman. Mulai dari air cucian beras, cangkang telur, sisa-sisa sayur dan buah, cucian daging/ ikan dan segala macam sampah organik. Dengan memberdayakan bahan lokal tersebut, kebutuhan akan sarana produksi juga tidaklah menjadi kendala dan menimbulkan biaya yang banyak. Sementara hasilnya untuk kebutuhan dapur juga sudah dapat dinikmati tanpa merogoh kocek.













BAB III
KESIMPULAN

3.1    Kesimpulan
Metode dalam meningkatkan produksi pertanian ada beberapa macam. Yaitu, intensifikasi pertanian, ekstensifikasi pertanian, mekanisasi pertanian, rehabilitasi pertanian, dan diversifikasi pertanian. Intensifikasi pertanian meliputi panca usaha tani yang mencakup lima proses yang harus dilakukan agar hasil produksi maksimal. Panca usaha tani tersebut meliputi: pengolahan tanah yang baik, pengairan atau irigasi yang teratur, pemilihan dan penggunaan bibit unggul, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit tanaman. Sedangkan ekstensifikassi pertanian meliputi: perluasan lahan pertanian dengan pembukaan hutan baru, perluasan lahan pertanian dengan pembukaan lahan kering, dan perluasan lahan pertanian dengan pembukaan lahan gambut.,
Metode untuk meningkatkan produksi pertanian dan keterbatasan lahan yaitu dengan cara: tamplot atau penanaman tanaman dalam pot termasuk holtikultura, dan vertikultur.

3.2    Saran

Penulis mengharapkan agar pembaca dapat memahami lebih jauh tentang makalah ini. Makalah ini belum sepenuhnya mencapai kesempurnaan, masih terdapat banyak kesalahan. Kesalahan-kesalahan tersebut anatara lain mungkin perbedaan pendapat antar induvidu dalam pembuatan makalah ini, dan mungkin dalam penulisan kata demi kata. Oleh sebab itu kritik dan saran selalu penulis nantikan demi terbentuknya makalah ini agar lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

1 komentar:

  1. Alkhmdulillah, terima kasih Pak Sugi Nugroho pengamatan anda sangat membantu tugas kuliah saya

    BalasHapus