MAKALAH
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
AMAL
Olehkelompok VI
SUGI
NUGROHO
DADANG.S
D1A012011 D1A012036
M.NURHADI IDHAM GAZALI
D1A012002 D1A012019
ANGGUN
PRATIWI AZWAR
D1A012026
DORIS
D1A012013
YUDI
ADITYA
DIAOI2
DOSEN
PEMBIMBING:
Dra.Yusfaneti
AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2012
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL………………………..……………………………….……….…….i
KATA PENGANTAR…………………………..………………………………….………ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang…...…….…………………………………………………..…….1
1.2.Rumusan masalah……....…………………………………………………..……1
1.3.Tujuan penullisan…….……...……………………………………………..…….1
BAB II PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian amal……………….…………………….……………………………2
2.2.
Ilmu dan amal shaleh………………………………………………………….…3
2.3
.Ilmu dan amal seperti dua mata uang...………………………………….............4
2.4. Pengertian ilmu dan kedudukan ilmu…………………………………..…….…7
2.5. Pengertian amal shaleh…………………………………………………………..8
2.6. Hubungan ilmu dan amal shaleh……..………….……………………….………9
2.7. Beramal dengan ilmu……………………………………………………………10
2.8. Hal-hal yang
berfokus pada ilmu………………………………………………..11
2.9. Amalan yang tak terputus pahalanya…..……………………………………….11
2.10.Keutamaan menuntut ilmu………..……….…………………………………...13
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan………………………………………………………………………18
3.2.
Saran…………...………………………………….……………………………..18
3.3.
Daftar pustaka……………………………………………………………………19
i
KATA
PENGANTAR
Assalammualaikumwr.wb
Pujisyukurkami
haturkankepada Allah SWT karenaatasseizinNYAlah kami dapatmenyelesaikansebuahmakalahPendidikan
Agama Islam dengaanjudul AMAL.
Dalammakalahinidabahasmengenaiapapengertiandariamalterutamaamalshaleh,
keutamaanamaldanilmu, sertapentingnyaberamaldanhubunganantaraamaldanilmu.
Dalammenyelesaikanmakalahinitentunya kami
mendapatpengarahandanbimbingandaridosenyaituDra.Yusfanetidanbantuandariteman –
temankelompokenam.Olehsebabitu kami sebagaipenyusuninginmengucapkanterimakasih
yang sebesarbesarnyaataskesediaanparapihak yang bersangkutanuntukketerlibatannyadalammenyelesaikanmakalahini.
Shalawatteriringsalamsemogasenantiasatercurahkepadajunjungannabibesar
Muhammad Saw yang telahbekerjakeras, relaberjuangbertumpahdarah demi menegakkan
agama islam. Semogakitamenjadibagiandari orang – orang yang
akanmendapatsafaatnyakelakamien.
Dalammakalahinipastinyamasihbanyakterdapatkekurangan
– kekurangan.Baikdalampengetikanmaupunmateri yang di
sampaikan.Olehsebabitukepadapembacasangat di harapkankritikdan saran yang
membangunkearahyang
lebihbaik.Semogamaklahinidapatbermanfaatbagikitasemua.terutamabagi kami
sebagaipenyusun.
Akhir kata kami
ucapkanterimakasih.
WassalammualaikumWr. Wb
Unja, November 2012
Penyusun
Kelompok
IV
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Amal
dalam bahasa Indonesia berarti perbuatan baik atau buruk. Dari sini terlihat,
bahwa istilah amal dan perbuatan sudah sulit dibedakan.Dalam pemakaian
sehari-hari, kedua kata itu dipandang sebagai kata kembar yang mempunyai satu
arti, sehingga keduanya sering dimajemukkan dalam ungkapan "amal
perbuatan”.
Menurut
Ragib Al-lsfahani (wafat 502 H/ 108 M), seorang ahli bahasa dari kalangan Ahlus
Sunah wal Jamaah, antara amal dan perbuatan yang merupakan terjemahan dari
al-fi'l, disamping ada persamaannya, terdapat perbedaan mendasar. Menurutnya,
perbuatan dapat dihubungkan dengan insan (manusia), hayawanat
(binatang-binatang), dan nabat (tumbuh- tumbuhan), baik yang diperbuat
berdasarkan ilmu pengetahuan, maupun tidak, dan baik yang diperbuat dengan
sengaja (al-qasd) maupun tidak.
Sedangkan
istilah amal hanya boleh dihubungkan dengan manusia.Oleh sebab itu,
mendefinisikan amal sebagai "suatu perbuatan yang dilakukan berdasarkan
ilmu pengetahuan, pilihan sendiri, dan dilakukan dengan sengaja atau
niat."Hal ini hanya diperoleh dari manusia karena hewan dan
tumbuh-tumbuhan atau benda-benda mati lainnya tidak mungkin melakukan suatu
perbuatan dengan ilmu dan niat.Inilah pengertian amal yang dimaksud oleh
fukaha.
1.2.
Rumusan Masalah.
a. Apa
itu pengertian dari amal?
b. Bagaimana
hubungan antara amal shaleh dan ilmu pengetahuan?
c. Amalan
apa saja yang pahalanya akan terus mengalir saat seseorang telah meninggal?
d. Apa
keutamaan orang yang menuntut ilmu/ berilmu?
1.3.
Tujuan penulisan.
a.
Memahami tentang pengertian amal shaleh.
b.
Dapat mengetahui bahwa ilmu dan amal
adalah suatu kesatuan yang tak dapat di pisahkan.
c.
Mengetahui tentang apa saja keutamaan
orang yang menuntut ilmu dan amalan apa saja yang pahalanya terus menerus
mengalir.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Amal
Amal
(dari bahasa Arab:
عَمَلَ) berarti mengamalkan, berbuat, bekerja. Kata ini sering dipertukarkan
dengan sedekah.
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam
Shahihnya :
Qutaibah menuturkan kepada kami dari
Hisyam bin Urwah dari ayahnya dari Aisyah -radhiyallahu’anha-, dia berkata,
“Amal yang paling disukai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
yang dikerjakan secara terus menerus oleh pelakunya.” (HR. Bukhari dalam Kitab
ar-Riqaq)
Muhammad bin Ar’arah menuturkan
kepadaku. Dia berkata; Syu’bah menuturkan kepada kami dari Sa’d bin Ibrahim
dari Abu Salamah dari Aisyah radhiyallahu’anha, dia berkata, “Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah ditanya, ‘Amal apakah yang paling dicintai Allah?’. Maka
beliau menjawab,”Yaitu yang paling kontinyu, meskipun hanya sedikit.”Beliau
juga bersabda, “Bebanilah diri kalian dengan amal-amal yang mampu untuk kalian
kerjakan.” (HR. Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq)
Kedua
hadits di atas menunjukkan kepada kita bahwa :
1.
Penetapan sifat mahabbah bagi Allah
2.
Amalan satu dengan yang lainnya
memiliki perbedaan keutamaan di sisi Allah
3.
Amal yang paling Allah cintai adalah
amalan yang dikerjakan secara kontinyu
4.
Apa yang dicintai oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam -dalam pandangan syari’at- maka hal itu
menunjukkan bahwa Allah ta’ala juga mencintai perkara tersebut
5.
Manusia memiliki kemampuan yang
berbeda-beda dalam mengerjakan amalan
6.
Dalam memilih amalan -sunnah- maka
hendaknya seorang memperhatikan kemampuannya agar bisa kontinyu dalam
mengerjakannya, lebih baik sedikit tapi kontinyu daripada banyak namun
terhenti.
7.
Hadits ini menganjurkan agar seorang
hamba istiqomah dalam beramal dan mengikhlaskan amalnya karena Allah dan sesuai
dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
8.
Amal salih merupakan sebab datangnya
kecintaan Allah
9.
Seorang mukmin hendaknya mencitai
apa yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana dia juga harus membenci
segala perkara yang dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya
10.
Hadits ini menunjukkan keutamaan
sabar di dalam ketaatan
11.
Hadits ini menunjukkan pentingnya
menjaga motivasi dan semangat dalam beramal supaya bias kontinyu
12.
Hadits ini menunjukkan perlunya
targhib/dorongan dan tarhib/ancaman dalam menjaga stabilitas keimanan
13.
Hadits ini juga menunjukkan bahwa
amal termasuk bagian dari iman
14.
Allah tidak membebankan sesuatu
kepada hamba-Nya melainkan sesuai dengan batas kemampuannya
15.
Dan faidah lainnya yang belum saya
ketahui, wallahu a’lam. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala aalihi
wa sallam. Walhamdu lillahi Rabbil ‘alamin.
2.2. Ilmu dan Amal shaleh
Memiliki
Ilmu saja tidak cukup, karena setiap muslim tidak akan menghasilkan manfaat
bagi orang lain, jika ilmu hanya disimpan untuk dirinya sendiri. Lantas apa
yang harus kita lakukan sebagai seorang muslim yang memiliki ilmu agar ilmu
yang kita miliki tidak menjadi sia-sia dan dan hilang begitu saja? Disinilah
letaknya perlunya mengamalkan setiap ilmu yang kita punya.
Amal menurut pandangan islam merupakan
perbuatan baik yang mendatangkan pahala bagi yang mengerjakannya. Amal adalah
terkait dengan tindak tanduk, prilaku yang menghubungkan manusia dengan manusia
lainnya, manusia dengan hewan, dan manusia dengan lingkungannya.
Amal pun terbagi menjadi dua; amal baik dan
amal buruk. Setiap amal yang dilakukaan oleh setiap muslim akan dimintai
pertanggungjawabannya di yaumil akhir kelak.Amal pun merupakan bekal yang
dibawa oleh manusia ke kehidupan abadi. Amal dapat menjerumuskan dan menyelamatkan
manusia, tergantung pada amal apa yang mereka kerjakan semasa hidupnya.Lantas
seperti apakah amal yang dapat diterima oleh Allah SWT? Pertanyaan ini
dapat terjawab amal yang berlandaskan kepada ilmu, karena hakekatnya ilmu
harus berbuahkan amal. Ibarat pohon rindang yang subur menghasilkan buah-buah
yang baik. Buah tersebut dapat dinikmati oleh lingkungan yang ada disekitar
pohon tersebut.
Ilmu dan amal adalah dua hal yang selalu dipertentangkan
orang, mana yang lebih penting diantara keduanya. Tanpa ilmu, tindakan tak
lebih dari aktivitas fisik yang tak bernilai. Sementara, sebagian yang lain
mengatakan bahwa amallah yang lebih utama. Sebab, penilaian dilakukan terhadap
amal bukan kepada sesuatu yang belum dilakukan.
Amal Shaleh terdiri dari dua kata yaitu amal dan shaleh.
Amal artinya melakukan/melakukan/membuat sedangkan Shaleh artinya segala
sesuatu yang bersifat baik dan berguna atau dapat diartikan sebagai
kebaikan-kebaikan yang yang dilakukan menurut perintah-perintah dan
larangan-larangan yang ditentukan oleh Allah SWT. Dari itu, amal shaleh berarti
melaksanakan perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan Allah SWT yang
terkandung didalam islam. Manakala islam adalah agama diturunkan oleh Allah SWT
kepada manusia hanya dengan satu cara yaitu melalui ilmu. Dengan ilmu kita bisa
banyak belajar mengenai berbagai hal yang kita perlukan.
Pengertian amal dalam pandangan Islam adalah setiap amal
shaleh atau setiap perbuatan kebijakan yang diridhoi oleh Allah SWT. Dengan
demikian, amal dalam Islam tidah hanya terbatas pada ibadah tetapi, sebagaimana
ilmu dalam Islam tidak hanya terbatas pada ilmu fikih dan hukum-hukum agama.
Ilmu ini mencakup semua yang bermanfaat bagi manusia seperti ilmu agama,ilmu
alam,ilmu sosial dan lain-lain. Ilmu-ilmu ini jika dikembangkan dengan benar
dan baik maka akan memberikan dampak positif bagi peradaban manusia. Misalnya,
perkembangan sains akan memberikan kemudahan dalam lapangan praktikal manusia.
Demikian juga ilmu-ilmu sosial akan memberikan penyelesaian untuk
pemecahan-pemecahan masalah di dalam masyarakat. Jadi , mengiringi ilmu dengan
amal merupakan keharusan. Ilmu tanpa diiringi amal maka hanya akan berupa
konsep-konsep saja. Oleh karena itu, amal shaleh merupakan pelaksanaan
perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan Allah SWT yang merupakan
sesuatu yang semestinya diiringkan beserta ilmu.
2.3. Ilmu
dan Amal Seperti Dua sisi Mata Uang
Sebagaimana dijelaskan dalam paragraph
sebelumnya, ilmu tanpa amal tidak akan bermanfaat apa-apa jika tidak
ditunaikan. Ibarat pohon rindang yang tak menghasilkan buah, hidupnya hanya
sebagai pajangan, dapat dipandang tapi tidak dapat dirasakan bagaimana kenikmatan
rasa buah pohon tersebut. Begitu pula dengan amal tanpa ilmu akan
sia-sia. Sama dengan melakukan pekerjaan yang tidak ada nilainya. Sayang sekali
bukan? Kita sudah bersusah payah beramal, namun tidak diterima oleh Allah SWT.
“Dan janganlah engkau turut apa-apa yang engkau tidak ada
ilmu padanya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan
ditanya,” (Al-Isra: 36).
Melakukan segala sesuatu tentulah
berlandaskan syari’at dan hukum yang telah diajarkan di dalam Islam agar kita
tidak termasuk hamba Allah yang merugi. Banyak yang beramal, namun tidak
berlandaskan ilmu, tidak mau menggali, mencari tau, sehingga mereka hanya
mendapatkan keletihan saja dari setiap amal yang mereka kerjakan. Maka keduanya
menjadi satu kesatuan yang tidak bisa diurai dan dipisahkan satu-persatu.
Keduanya menyatu ibarat dua sisi mata uang yang masih dalam logam atau kertas
yang sama.
Dalam sebuah hadist Ar-ba’in (5) dijelaskan
bahwa :
“ Barang siapa yang mengada-ngadakan sesuatu yang baru
dalam urusan agama kami ini, yang tidak kami perintahkan, niscaya ia tertolak”.
(HR. Imam Bukhari dan Muslim)
“Barang siapa mengerjakan sesuatu amal yang tidak ada
dasar dari kami, maka ia tertolak”.(HR.Muslim)
Jika kita merenungkan hadis ini, dapat
dianalogikan kepada sebuah kasus. Ibarat seorang pelayan restoran yang sedang
melayani para tamunya. Menu yang dipesan adalah A, ternyata yang dibuatkan
adalah B. Apa yang akan terjadi? Pastilah tamu tersebut marah, karena tidak
sesuai dengan pesanannya, ia akan kecewa, dampaknya pada restoran adalah tamu
tersebut tidak mau membayar pesanan yang salah, bahkan ia tidak akan mau datang
lagi pada restoran yang telah membuatnya kecewa. Itu adalah contoh sederhana
saja yang dapat kita ambil dalam keseharian kita. Apalagi, jika kita beribadah
kepada Allah Swt. Rob yang telah menciptakan kita.
Orang yang senantiasa menyelaraskan antara
ilmu dan amal akan memperoleh keberkahan dan semakin meningkat ilmunya. Ilmunya
semakin terasah, karena selalu berbagi dengan orang lain. Selain itu, orang
yang terus-menerus mengamalkan ilmunya akan mendapatkan kemuliaan di sisi Allah
SWT. Sebagai mana firman-NYA:
“… Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.”
(Qs Al-Mujadilah:11)
Bahkan dalam hadist
lainpun ditegaskan bahwa ilmu dan amal merupakan sedekah disisi Allah dengan
belajar dan mengajarkannya kembali kepada orang yang belum memahami.
“Sedekah yang paling utama adalah seorang muslim belajar
suatu ilmu, kemudian mengajarkannya kepada saudara muslim lainnya”. (Riwayat Ibnu Majah).
Allah SWT telah menurunkan pedoman yang dapat dipelajari oleh
manusia dengan memberikan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad Saw untuk diajarkan
kepada umatnya.Segala
sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan manusia, telah tertulis didalamnya.
Namun hanya orang-orang yang berusaha menggali Ilmulah yang mampu memperoleh
pengetahuan dari Al-Qur’an.
Jika kita lihat penciptaan langit dan bumi dan silih
bergantinya siang dan malam terdapat tanda-tanda kebesaran Allah SWT bagi
hamba-hambanya yang berfikir. (QS. 21:33 ). Hal ini pun dapat menjadi pedoman
buat kita sebagai pembelajaran, bagaimana Allah mengajarkan manusia untuk
saling bersinergi dengan alam dengan cara amal nyata. Alam yang diciptakan
Allah SWT juga dapat menjadi sumber pengetahuan bagi manusia.
Segala pedoman telah ada buat kita , untuk mengarungi
kehidupan ini. Namun, tetap saja manusia lupa, lalai dan mengedepankan hawa
nafsunya. Berbuat sekehendak hati tanpa memperhatikan adat dalam mengamalkan
pengetahuan yang telah mereka dapatkan.
Hakikat Ilmu adalah amal. Ilmu dan amal
adalah dua hal yang saling menyatu, saling bersinergi satu dengan yang lainnya.
Jika salah satu pincang, maka rusaklah sistem ibadah manusia, bahkan tertolak,
sebagaimana yang dijelaskan dalam hadist Rasulullah ;” Barang siapa yang
mengerjakan suatu amal yang tidak ada dasar dari kami, maka ia tertolak” (HR:
Muslim).
Pentingnya memahami hadist Rasulullah ini adalah ketika
kita mengerjakan amal ibadah kepada Allah Swt. tentulah ada ilmunya. Ilmu yang
telah diajarkan oleh Rasulullah. Baik berhubungan dengan akidah, syariat dan
mua’amalah.
Setiap muslim tentu tidak ingin, jika seluruh amal
ibadahnya menjadi sia-sia. Oleh karena itu, manasia dituntut untuk
terus-menerus belajar sampai ajal menjemput kita. Bagaimana sholat yang benar,
puasa yang benar. Serta ibadah-ibadah lainnya yang telah dicontohkan dan
diajarkan oleh Rasulullah saw. Jika ingin mencari keselamatan dan kebahagian
dunia dan akhirat? Maka selaraskanlah ilmu dan amal. Wallauhu A’lam. (Tamat)
(Elvira Suryani)
2.4.
Pengertian Ilmu dan Kedudukan Ilmu dalam Islam
Sebelum membahas hubungan ilmu dan amal shaleh akan
dijelaskan terlebih dahulu mengenai pengertian ilmu dan amal shaleh. Ilmu
merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari ‘alima-ya’lamu yang
berarti tahu atau mengetahui. Ilmu dalam bentuk jamaknya adalah ‘ulum yang
artinya adalah memahami sesuatu dengan hakikatnya, dan itu berarti keyakinan
dan pengetahuan. Ilmu mengandung arti pengetahuan, tapi pengetahuan dengan
ciri-ciri khusus yaitu yang disusun secara sistematis. Ilmu menempati kedudukan
yang sangat penting dalam Islam, hal ini terlihat dari banyaknya ayat al-Qur’an
yang memandang orang berilmu dalam posisi yang tinggi dan mulia disamping
hadis-hadis nabi yang yang banyak memberi dorongan bagi umatnya untuk terus
menuntut ilmu. Dalam sebuah ayat al-Qur’an dikatakan, “Dan janganlah engkau
turut apa-apa yang engkau tidak ada ilmu padanya,sesungguhnya pendengaran,
penglihatan, dan hati, semuanya akan ditanya,” (Al-Isra : 36). Ayat al-Qur’an
tersebut menjelaskan bahwa ilmu merupakan dasar dari segala tindakan manusia.
Karena, tanpa ilmu segala tindakan manusia menjadi tidak terarah,tidak benar,
dan tidak bertujuan. Dan Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an surat Al Mujadalah
ayat 11 yang artinya “Allah meninggikan beberapa derajat (tingkatan) orang-orang
yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu (diberi ilmu
pengetahuan) dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. Ayat tersebut
menunujukkan dengan jelas bahwa orang yang beriman dan berilmu akan memeperoleh
kedudukan yang tinggi. Keimanan yang dimiliki seseorang akan menjadi pendorong
untuk untuk menuntut ilmu dan ilmu yang dimiliki seseorang akan membuat dia
sadar bahwa betapa kecilnya manusia dihadapan Allah, sehingga akan tumbuh rasa
kepada Allah SWT bila melakukan hal-hal yang dilarangNya.
Ilmu merupakan bagian dari wahyu Allah SWT yang diberikan
kepada para NabiNya pada awal-awal bangkitnya peradaban manusia di muka bumi
ini. Ilmu ini kemudian disebarluaskan oleh para pengikut nabi itu agar manusia
mengerti,serta dapat menggunakan dan mengembangkannya sebagai ‘alat’ untuk
menjalankan tugas kekhalifahannya. Agama menyediakan tolak ukur kebenaran ilmu
(benar,salah),bagaimana ilmu diproduksi (baik,buruk), dan tujuan-tujuan ilmu
(manfaat,merugikan). Selebihnya adalah hak manusia untuk memikirkan dinamika
internal ilmu. Ilmu yang lahir dari induk agama harus menjadi ilmu yang
objektif. Artinya, suatu ilmu tidak dirasakan oleh pemeluk agama lain,non
agama, dan anti-agama sebagai norma, tapi sebagai gejala keilmuan yang objektif
semata. Meyakini latar belakang agama yang menjadi sumber ilmu atau tidak,
tidak menjadi masalah, ilmu yang berlatar belakang agama adalah ilmu yang
objektif, bukan agama menuju moralitas. Maka, objektifikasi ilmu adalah ilmu
dan orang beriman untuk seluruh manusia, tidak hanya untuk orang beriman saja.
2.5. Pengertian Amal Shaleh
Kemudian Amal Sholeh, dua rangkaian kata ini sering kita
temui karena berkaitan dengan agama. Amal itu sendiri adalah melakukan segala
sesuatu untuk menghasilkan sesuatu. Dan shaleh berarti segala sesuatu segala
sesuatu yang bersifat baik dan berguna. Jika kedua makna tersebut amal shaleh
berarti melakukan sesuatu untuk menghasilkan sesuatu yang sifatnya
baik,menguntungkan dan berguna. Terdapat beberapa janji-janji Allah SWT kepada
mereka yang beriman dan beramal shaleh. Diantaranya ialah keuntungan dunia dan
akhirat, nikmat surga, penghapusan dan pengampunan dosa-dosa, diberi petunjuk
dan panduan,dikurniakan derajat yang tinggi,dianugerahkan kekuasaan, mendapat
rezeki yang mulia (berkat), dibalas dengan pahala yang secara berterusan,
dicurahkan rahmat dan dilepaskan daripada kegelapan hidup kepada cahaya. Amal
shaleh yang amat disukai oleh Allah SWT adalah amal-amal yang telah diwajibkan
kepada manusia untuk dilaksanakan misalnya seperti shalat lima waktu. Allah SWT
senang bila hambaNya menambah amal-amal shaleh dalam rangka mendekatkan diri
kepadanya akan tetapi Ia juga tidak senang bila hambaNya melalaikan amal yang
wajib karena amal yang lain walaupun itu adalah amal shaleh. Allah SWT tidak
akan menghendaki orang yang melaksanakan shalat sunnah semalam penuh akan
tetapi lalai pada shalat yang wajib karena bangun tidur terlalu siang.
Selanjutnya, amal shaleh Allah SWT setelah amal-amal wajib adalah amal yang
bisa dirasakan manfaatnya bagi hambaNya yang lain. Menuntut ilmu merupakan
suatu hal yang akan memberikan manfaat yang besar bagi setiap umat manusia.
Dengan ilmu kita dapat mengetahui hal-hal yang kita tidak tahu dan kita dapat
menjalankan amal shaleh seperti yang diperintahkan oleh Allah SWT.
2.6.Hubungan Ilmu dan Amal Shaleh
Pada dasarnya Ilmu dan amal adalah satu, amal tanpa ilmu
bukanlah amal dan ilmu tanpa amal bukanlah ilmu,sebagaimana dikatakan oleh
Ja’far al-Shadiqa ra. Al-Qur’an juga mengatakan bahwa kalimat
al-Thayyibah (ilmu dan makrifah) kepada Allah yang akan sampai kepada-Nya,sementara
amal shaleh tak ubahnya sebagai roket pendorong yang menghampirkan hal-hal
tersebut kepada Allah SWT. Tentu saja, tanpa ilmu, tak ada yang akan dibawa
oleh sang roket, sementara tanpa amal,ilmu bersangkutan akan tetap berada di
landas pacu. Tentang mana yang lebih dulu yang harus diraih, ilmu atau amal
dapat dikatakan bahwa dengan ilmulah seseorang dapat melakukan amal. Dengan
demikian, ilmu harus diraih terlebih dahulu, baru dengannya dapat melakukan
amal. Akan tetapi, ilmu yang sesungguhnya adalah pemberian dari Allah SWT. Oleh
karena itu, perlu syarat-syarat yang diperlukan, syarat tersebut adalah
ketakwaan. Dan ketakwaan merupakan jenis amal. Sehingga, dengan demikian,
amallah yang harus tersedia terlebih dahulu agar seseorang dapat memperoleh
ilmu.
Ilmu merupakan aspek teoritis dari pengetahuan. Dengan
pengetahuan inilah manusia melakukan perbuatan amalnya. Jika manusia memiliki
ilmu tapi miskin amalnya, maka ilmu tersebut akan menjadi sia-sia. Jelas akan
sia-sia sekali kita beramal beribadah, sementara sifat dan perilaku tercela
masih juga dipelihara dalam diri, dan hal ini disebabkan oleh kurangnya ilmu
dalam beramal khususnya ilmu yang berhubungan dengan apa yang sedang kita
lakukan dalam proses ibadah. Ilmu dan amal adalah dua komponen yang harus
berlandaskan pada keinginan untuk merealisasikan amaliah, ilmu dan amal tidak
dapat dipisahkan, kehilangan salah satu dari keduanya akan menimbulkan
kesalahan demi kesalahan bahkan kesesatan. Dalam beberapa riwayat
dijelaskan mengenai hubungan antara ilmu dan amal. Imam Ali Abi Thalib berkata,
“Ilmu adalah pemimpin amal dan amal adalah pengikutnya. “Demikian juga dengan
perkataan Rasulullah saw, “Barang siapa beramal tanpa ilmu maka apa yang
dirusaknya jauh lebih banyak dibandingkan yang diperbaikinya. Dari riwayat
tersebut maka jika orang itu berilmu maka ia harus diiringi dengan amal. Amal
ini akan mempunyai nilai jika dilandasi dengan ilmu, begitu juga dengan ilmu
akan mempunyai nilai atau makna jika diiringi dengan amal. Keduanya tidak dapat
dipisahkan dalam perilaku manusia. Sebuah perpaduan yang saling melengkapi
dalam kehidupan manusia yaitu setelah berilmu lalu beramal.
Ilmu yang tidak dilanjutkan dengan perbuatan, mungkin
kita dapat menyebutnya sebagai pengetahuan teoritis. Namun, apa faedahnya ilmu
teoritis jika kita tidak menerjemahkannya kedlam ilmu praktik, dan kemudian
meneruskannya menjadi perbuatan yang mendatangkan hasil. Jika ilmu tidak
dipraktikan maka akan memberikan dampak yang negatif. Padahal,kaedah
islam menekankan bahwa ilmu senantiasa menyeru pada amal perbuatan. Keduanya
tidak ubahnya sebagai dua benda yang senantiasa bersama dan tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Jika amal memenuhi seruan ilmu maka umat akan
menjadi baik dan berkembang. Namun jika tidak, maka ilmu akan meninggalkan amal
perbuatan, dan dia akan tetap tinggal tanpa faedah apapun. Jika demikian nilai
apa yang dimiliki seorang manusia yang memiliki segudang teori dan pengetahuan
namun tidak mempraktikannya dalam dunia nyata. Pertalian ilmu dengan amal tidak
hanya dituntut dari parapelajar agama dan para ahli yang mendalami suatu ilmu,
melainkan juga dituntut dari setiap orang, baik yang memiliki ilmu sedikit
ataupun banyak. Namun, tentunya orang-orang yang berilmu memiliki tanggung
jawab yang lebih besar dalam hal ini karena mereka memiliki kemampuan yang
lebih. Allah SWT berfirman didalam surat Ash-Shaff ayat 2-3 , “Wahai
orang-orang yang berfirman, mengapa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu
kerjakan. Sungguh besar murka Allah SWT, kamu mengatakan apa-apa yang kamu
tidak kerjakan.
Jika kita memperhatikan ayat-ayat al-Qur’an niscaya kita akan menemukan
bahwa al-Qur’an senantiasa menggandengkan ilmu dengan amal. Makna ilmu
diungkapkan dalam bentuk kata iman pada banyak tempat,dengan pengertian bahwa
iman adalah ilmu atau keyakinan. Diantaranya ialah “Demi waktu ashar,
sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman
dan beramal shaleh, dan saling menasehati dalam kebenaran dan kebijakan.”
(Al-‘Ashr :1-3). Dalam ayat lain dikatakan “Sesungguhnya orang-orang yang
beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat
tinggal.” (Al-Kahfi :107). Demikian juga dengan ayat “Orang-orang yang beriman
dan beramal shaleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.”
(Ar-Ra’d :29). Ayat-ayat tersebut menjelaskan tentang betapa ilmu dan amal
saleh memiliki kaitan yang erat yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Karena keduanya bagai dua keping mata uang yang saling memberi arti. Inilah
yang sejalan dengan ucapan Imam Ali Abi Thalib, ”Iman dan amal adalah dua
saudara yang senantiasa beriringan dan dua sahabat yang tidak terpisahkan.
Allah tidak akan menerima salah satu dari keduanya kecuali disertai
sahabatnya.”
2.7.Beramal dengan Ilmu
Kita dapat beramal dengan ilmu dengan menggunakan dasar
pemikiran, perasaan dan perlaksanaan.
Pemikiran
Kita harus mengakui ajaran Islam yang tidak hanya menangani persoalan
rohani saja tetapi juga persoalan politik/pengurusan kehidupan.
Perasaan
Kita suka dan senang dengan kesyumulan Islam. Kita bermanis muka dengan
mereka yang memperkatakan dan memperjuangkan supaya terlaksananya Islam yang
syimul bukan sebaliknya bermasam muka, mencemooh dan lebih parah lagi jika
menghalang perjuangan ini seperti yang telah dilakukan Abu Jahal, Abu Lahab dan
musyirikin terhadap Rasulullah saw dan para sahabatnya.
Perlaksanaan
Kita harus berusaha melaksanakan Islam yang syumul dengan menegakkan
khilafah. Jika khilafah tidak ada pada masa ini, kita semestinya bersama dengan
jemaah. Langkah yang semestinya kita lakukan untuk menjadi hamba yang mulia
adalah dengan menjadikan diri kita muslim yang berilmu dan beramal shaleh.
Beramal tanpa berilmu sangat tidak rasional bagaikan kapal yang diombang
ambingkan gelombang ditengah samudera luas sementara keinginan untuk cepat
sampai ke daratan sangatlah tinggi, maka hanya mukzizat Allahlah yang paling
berperan ketika itu. Begitu juga dalam kehidupan ini, ibadah bukan hanya
sekedar berdiri, rukuk, maupun sujud dalam shalat saja. Namun, setiap dirii
akan dituntut untuk melaksanakan apa sesungguhnya hikmah dibalik perintah
shalat itu , begitu juga ibadah-ibadah lainnya selain menunaikannya dengan
ikhlas perealisasian dari hikmah yang terkandung didalamnya harus menjadi
prioritas utama dan tidak bisa di kesampingkan sama sekali. Jelasnya raihlah
keinginan dunia akhirat itu sebanyak-banyaknya dan imbangi ilmu itu dengan
amaliah ikhlas dan penuh kekhusyukkan. Intinya manusia dapat menilai dan
melakukan sesuatu dengan cermat dan hati-hati dan tidak ada kebajikan dalam
ibadah kecuali diiringi dengan tafakur,tawakal, maupun perbuatan makruf
lainnya.
Orang yang selalu menggunakan ilmu dan pemikiran akan menghasilkan ladang
amal dan akan selalu menjaga amalannya itu dari perbuatan-perbuatan tercela
dalam hidup bersosialisasi dalam masyarakatnya. Sedangkan orang yang beramal
tanpa dilandasi ilmu dan pemikiran, jelas akan diombang ambingkan oleh hawa
nafsu sehingga akan melahirkan kerugian dan kesia-siaan dalam amaliah tersebut.
2.8.
Hal-hal yang
Berfokus pada Hubungan Ilmu dan Amal Shaleh
Hubungan ilmu dengan amal dapat difokuskan pada dua hal.
Pertama, ilmu adalah pemimpin dan pembimbing amal perbuatan. Amal boleh lurus
dan berkembang bila didasari dengan ilmu. Berbuat tanpa didasari pengetahuan
tidak ubahnya dengan berjalan bukan dengan di jalan yang benar, tidak
mendekatkan pada tujuan melainkan menjauhkan. Dalam semua aspek kegiatan
manusia harus disertai dengan ilmu, baik itu yang berupa amal ibadah maupun
amal perbuatan lainnya. Sedangkan kedua, sesungguhnya ilmu dan amal saling
beriringan. Barangsiapa berilmu maka dia harus berbuat, baik itu ilu yang
berhubungan dengan masalah ibadah maupun ilmu-ilmu yang lain. Tidak ada
faedahnya ilmu yang tidak diamalkan. Amal merupakan buah dari ilmu, jika ada orang
yang memiliki ilmu tapi tidak berilmu maka seperti pohon yang tidak
menghasilkan manfaat bagi penanamnya. Begitu pula tidak ada manfaatnya ilmu
fikih yang dimiliki oleh fakih jika dia tidak mengubahnya menjadi perbuatan.
Begitu juga, tidak faedahnya teori-teori atau penemuan-penemuan yang ditemukan
seorang ilmuwan jika tidak diubah menjadi perbuatan nyata. Karena wujud dari
pengetahuan itu adalah amal dan karya nyatanya.
2.9. Amalan yang Tak Putus Pahalanya
Amal
Jariyah adalah sebutan bagi amalan yang terus mengalir pahalanya, walaupun
orang yang melakukan amalan tersebut sudah wafat.Amalan tersebut terus
memproduksi pahala yang terus mengalir kepadanya.
Hadis tentang amal
jariyah yang populer dari Abu Hurairah menerangkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Apabila anak Adam (manusia) wafat, maka terputuslah semua (pahala) amal
perbuatannya kecuali tiga macam perbuatan, yaitu sedekah jariah, ilmu yang
bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya" (HR. Muslim).
Selain dari ketiga
jenis perbuatan di atas, ada lagi beberapa macam perbuatan yang tergolong dalam
amal jariah.
Dalam
riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya diantara amal
kebaikan yang mendatangkan pahala setelah orang yang melakukannya wafat ialah
ilmu yang disebarluaskannya, anak saleh yang ditinggalkannya, mushaf
(kitab-kitab keagamaan) yang diwariskannya, masjid yang dibangunnya, rumah yang
dibangunnya untuk penginapan orang yang sedang dalam perjalanan. sungai yang
dialirkannya untuk kepentingan orang banyak, dan harta yang disedekahkannya”
(HR. Ibnu Majah).
Di
dalam hadis ini disebut tujuh macam amal yang tergolong amal jariah sebagai
berikut.
1. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang bermanfaat, baik melalui pendidikan formal maupun nonformal, seperti diskusi, ceramah, dakwah, dan sebagainya. Termasuk dalam kategori ini adalah menulis buku yang berguna dan mempublikasikannya.
1. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang bermanfaat, baik melalui pendidikan formal maupun nonformal, seperti diskusi, ceramah, dakwah, dan sebagainya. Termasuk dalam kategori ini adalah menulis buku yang berguna dan mempublikasikannya.
2. Mendidik anak
menjadi anak yang saleh. Anak yang saleh akan selalu berbuat kebaikan di dunia.
Menurut keterangan hadis ini, kebaikan yang dipeibuat oleh anak saleh pahalanya
sampai kepada orang tua yang mendidiknya yang telah wafat tanpa mengurangi
nilai/pahala yang diterima oleh anak tadi.
3. Mewariskan mushaf
(buku agama) kepada orang-orang yang dapat memanfaatkannya untuk kebaikan diri
dan masyarakatnya.
4. Membangun masjid.
Hal ini sejalan dengan sabda Nabi SAW, ”Barangsiapa yang membangun sebuah
masjid karena Allah walau sekecil apa pun, maka Allah akan membangun untuknya
sebuah rumah di surga” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Orang yang membangun
masjid tersebut akan menerima pahala seperti pahala orang yang beribadah di masjid
itu.
5. Membangun rumah atau
pondokan bagi orang-orang yang bepergian untuk kebaikan. Setiap orang yang
memanfaatkannya, baik untuk istirahat sebentar maupun untuk bermalam dan
kegunaan lain yang bukan untuk maksiat, akan mengalirkan pahala kepada orang
yang membangunnya.
6. Mengalirkan air secara baik dan bersih ke tampat-tempat orang yang membutuhkannya atau menggali sumur di tempat yang sering dilalui atau didiami orang banyak. Setelah orang yang mengalirkan air itu wafat dan air itu tetap mengalir serta terpelihara dari kecemaran dan dimanfaatkan orang yang hidup maka ia mendapat pahala yang terus mengalir.
Semakin banyak orang yang memanfaatkannya semakin banyak ia menerima pahala di akhirat.
6. Mengalirkan air secara baik dan bersih ke tampat-tempat orang yang membutuhkannya atau menggali sumur di tempat yang sering dilalui atau didiami orang banyak. Setelah orang yang mengalirkan air itu wafat dan air itu tetap mengalir serta terpelihara dari kecemaran dan dimanfaatkan orang yang hidup maka ia mendapat pahala yang terus mengalir.
Semakin banyak orang yang memanfaatkannya semakin banyak ia menerima pahala di akhirat.
Rasulullah SAW
bersabda, "Barangsiapa membangun sebuah sumur lalu diminum oleh jin atau
burung yang kehausan, maka Allah akan memberinya pahala kelak di hari kiamat.”
(HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Majah).
7. Menyedekahkan
sebagian harta. Sedekah yang diberikan secara ikhlas akan mendatangkan pahala
yang berlipat ganda.
2.10. KEUTAMAAN
MENUNTUT ILMU AGAMA
1. Menuntut ilmu adalah jalan menuju surga.
Setiap Muslim dan Muslimah ingin masuk Surga.Maka, jalan untuk masuk Surga adalah dengan menuntut ilmu syar’i. Sebab Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً
مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ
الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ، يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي
الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا، سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا
وَاْلآخِرَةِ، وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ
أَخِيهِ، وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ
بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ
اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إِلَّا نَزَلَتْ
عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ
الْـمَلاَئِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ، وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ
عَمَلُهُ، لَـمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ.
“Barangsiapa yang melapangkan satu
kesusahan dunia dari seorang mukmin, maka Allah melapangkan darinya satu
kesusahan di hari Kiamat.Barangsiapa memudahkan (urusan) atas orang yang
kesulitan (dalam masalah hutang), maka Allah memudahkan atasnya di dunia dan
akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, maka Allah menutupi
(aib)nya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong hamba selama hamba
tersebut senantiasa menolong saudaranya.Barangsiapa yang meniti suatu jalan
untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan untuknya jalan menuju Surga. Tidaklah
suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid) untuk membaca
Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan ketenteraman turun
atas mereka, rahmat meliputi mereka, Malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyanjung
mereka di tengah para Malaikat yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa yang lambat
amalnya, maka tidak dapat dikejar dengan nasabnya.”
[Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (no.
2699), Ahmad (II/252, 325), Abu Dawud (no. 3643), At-Tirmidzi (no. 2646), Ibnu
Majah (no. 225), dan Ibnu Hibban (no. 78-Mawaarid), dari Shahabat Abu Hurairah
radhiyallaahu ‘anhu. Lafazh ini milik Muslim.. Jaami’ul ‘Uluum wal Hikam
(II/297) dan Qawaa’id wa Fawaa-id minal Arba’iin an-Nawawiyyah (hal. 316-317).]
Di dalam hadits ini terdapat janji Allah ‘Azza wa Jalla bahwa bagi orang-orang yang berjalan dalam rangka menuntut ilmu syar’i, maka Allah akan memudahkan jalan baginya menuju Surga.
“Berjalan menuntut ilmu” mempunyai dua makna:
Di dalam hadits ini terdapat janji Allah ‘Azza wa Jalla bahwa bagi orang-orang yang berjalan dalam rangka menuntut ilmu syar’i, maka Allah akan memudahkan jalan baginya menuju Surga.
“Berjalan menuntut ilmu” mempunyai dua makna:
- Menempuh jalan dengan artian yang sebenarnya, yaitu
berjalan kaki menuju majelis-majelis para ulama.
- Menempuh jalan (cara) yang mengantarkan seseorang untuk
mendapatkan ilmu seperti menghafal, belajar (sungguh-sungguh), membaca,
menela’ah kitab-kitab (para ulama), menulis, dan berusaha untuk memahami
(apa-apa yang dipelajari). Dan cara-cara lain yang dapat mengantarkan
seseorang untuk mendapatkan ilmu syar’i.
2. Ilmu akan mengangkat derajat
manusia.
Allah berfirman
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا
قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ
وَإِذَا قِيلَ انشُزُوا فَانشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ
وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِي
Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Mujadilah[58]: 11)
Al Hafizh menjelaskan, “Ada yang mengatakan tentang tafsirannya adalah: Allah akan mengangkat kedudukan orang beriman yang berilmu dibandingkan orang beriman yang tidak berilmu. Dan pengangkatan derajat ini menunjukkan adanya sebuah keutamaan…” (Fathul Bari, 1/172). Beliau juga meriwayatkan sebuah ucapan Zaid bin Aslam mengenai ayat yang artinya, “Kami akan mengangkat derajat orang yang Kami kehendaki.” (QS. Yusuf [12]: 76). Zaid mengatakan, “Yaitu dengan sebab ilmu.” (Fathul Bari, 1/172)
3. Ilmu adalah tameng dari jeratan iblis.
Al Hafizh menjelaskan, “Ada yang mengatakan tentang tafsirannya adalah: Allah akan mengangkat kedudukan orang beriman yang berilmu dibandingkan orang beriman yang tidak berilmu. Dan pengangkatan derajat ini menunjukkan adanya sebuah keutamaan…” (Fathul Bari, 1/172). Beliau juga meriwayatkan sebuah ucapan Zaid bin Aslam mengenai ayat yang artinya, “Kami akan mengangkat derajat orang yang Kami kehendaki.” (QS. Yusuf [12]: 76). Zaid mengatakan, “Yaitu dengan sebab ilmu.” (Fathul Bari, 1/172)
3. Ilmu adalah tameng dari jeratan iblis.
Imam ibnul jauzi berkata:
“Ketahuilah bahwa jeratan iblis pertama kali kepada manusia adalah memalingkan
mereka dari menuntut ilmu, hal ini disebabkan karena ilmu adalah cahaya,
sehingga jika iblis mampu memadamkan cahaya tersebut maka iblis akan bisa
memangsa orang-orang yang tidak memiliki ilmu dalam kegelapan dengan sangat
mudah”. (Talbis Iblis:309)
4. Ilmu adalah amalan yang memiliki
pahala tanpa terputus
عن أبي هريرة رضى الله عنه أن رسول
الله صلى الله عليه وسلم قال : إذا مات ابن آدم انقطع عمله إلا من ثلاث: صدقة
جارية أو علم ينتفع يه أو ولد صالح يدعو له
Dari Abu Huroirah, Rosulullah bersabda : “Jika manusia
meninggal dunia, maka semua amalannya akan terputus kecuali tiga amalan :
Shodaqoh Jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, dan anak sholeh yang berdo’a kebaikan
baginya”. (HR. Muslim no. 1631)
5. Ilmu adalah cahaya penerang bagi
kehidupan manusia.
أَوَمَن كَانَ مَيْتًا
فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَن
مَّثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِّنْهَا ۚ كَذَٰلِكَ زُيِّنَ
لِلْكَافِرِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan
dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat
berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang
keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari
padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang
telah mereka kerjakan.(Al-An’am:122)
Mati disini adalah mati hatinya dengan kesyirikan, kesesatan, kejahilan, dan maksiat. Cahaya disini adalah cahaya ilmu dari agama Islam dan Al-Qur’an.
Mati disini adalah mati hatinya dengan kesyirikan, kesesatan, kejahilan, dan maksiat. Cahaya disini adalah cahaya ilmu dari agama Islam dan Al-Qur’an.
6. Ilmu adalah warisan para Nabi.
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَطْلُبُ
فِيْهِ عِلْمًا سَلَكَ اللهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْـجَنَّةِ وَإِنَّ
الْـمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّهُ
لَيَسْتَغْفِرُ لِلْعَالِـمِ مَنْ فِى السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ حَتَّى
الْـحِيْتَانُ فِى الْـمَاءِ وَفَضْلُ الْعَالِـمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ
الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ. إِنَّ الْعُلَمَاءَ هُمْ وَرَثَةُ
اْلأَنْبِيَاءِ لَـمْ يَرِثُوا دِيْنَارًا وَلاَ دِرْهَمًا وَإِنَّمَا وَرَثُوا
الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ.
“Barangsiapa yang berjalan menuntut ilmu, maka Allah mudahkan jalannya menuju Surga. Sesungguhnya Malaikat akan meletakkan sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena ridha dengan apa yang mereka lakukan. Dan sesungguhnya seorang yang mengajarkan kebaikan akan dimohonkan ampun oleh makhluk yang ada di langit maupun di bumi hingga ikan yang berada di air. Sesungguhnya keutamaan orang ‘alim atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang.Sesungguhnya para ulama itu pewaris para Nabi.Dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar tidak juga dirham, yang mereka wariskan hanyalah ilmu.Dan barangsiapa yang mengambil ilmu itu, maka sungguh, ia telah mendapatkan bagian yang paling banyak.”[Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Ahmad (V/196), Abu Dawud (no. 3641), at-Tirmidzi (no. 2682), Ibnu Majah (no. 223), dan Ibnu Hibban (no. 80 al-Mawaarid), lafazh ini milik Ahmad, dari Shahabat Abu Darda’ radhiyallaahu ‘anhu. dishohihkan oleh Syaikh Albani dalam Al-Misykah:212]
7. Majelis ilmu adalah taman surga.
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ
الْـجَنَّةِ فَارْتَعُوْا، قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَا رِيَاضُ الْـجَنَّةِ؟
قَالَ: حِلَقُ الذِّكْرِ.
“Apabila kalian berjalan melewati
taman-taman Surga, perbanyaklah berdzikir.”Para Shahabat bertanya, “Wahai
Rasulullah, apakah yang dimaksud taman-taman Surga itu?”Beliau menjawab, “Yaitu
halaqah-halaqah dzikir (majelis ilmu).” sesungguhnya Allah memiliki para
malaikat yang tugasnya terbang untuk mencari majelis-majelis ilmu.Jika mereka
telah mendapatkanya maka mereka akan duduk untuk menaungi majelis tersebut”.
[Hadits hasan: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 3510), Ahmad (III/150) dan
lainnya, dari Shahabat Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu. At-Tirmidzi
berkata, “Hadits ini hasan.” Lihat takhrij lengkapnya dalam Silsilah
ash-Shahiihah (no. 2562).]
‘Atha' bin Abi Rabah (wafat th. 114 H) rahimahullaah berkata, “Majelis-majelis dzikir yang dimaksud adalah majelis-majelis halal dan haram, bagaimana harus membeli, menjual, berpuasa, mengerjakan shalat, menikah, cerai, melakukan haji, dan yang sepertinya.” [Disebutkan oleh al-Khatib al-Baghdadi dalam al-Faqiih wal Mutafaqqih (no. 40).Lihat kitab al-‘Ilmu Fadhluhu wa Syarafuhu (hal. 132). ]
Ketahuilah bahwa majelis dzikir yang dimaksud adalah majelis ilmu, majelis yang di dalamnya diajarkan tentang tauhid, ‘aqidah yang benar menurut pemahaman Salafush Shalih, ibadah yang sesuai Sunnah Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, muamalah, dan lainnya.
‘Atha' bin Abi Rabah (wafat th. 114 H) rahimahullaah berkata, “Majelis-majelis dzikir yang dimaksud adalah majelis-majelis halal dan haram, bagaimana harus membeli, menjual, berpuasa, mengerjakan shalat, menikah, cerai, melakukan haji, dan yang sepertinya.” [Disebutkan oleh al-Khatib al-Baghdadi dalam al-Faqiih wal Mutafaqqih (no. 40).Lihat kitab al-‘Ilmu Fadhluhu wa Syarafuhu (hal. 132). ]
Ketahuilah bahwa majelis dzikir yang dimaksud adalah majelis ilmu, majelis yang di dalamnya diajarkan tentang tauhid, ‘aqidah yang benar menurut pemahaman Salafush Shalih, ibadah yang sesuai Sunnah Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, muamalah, dan lainnya.
8. Jihad dengan ilmu merupakan jihad
yang besar.
فَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ
وَجَاهِدْهُم بِهِ جِهَادًا كَبِيرًا
Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan
berjihadlah melawan mereka dengannya (Al-Qur’an) dengan jihad yang besar. (Al-Furqon:52)
Syaikh Al-Utsaimin berkata: “Tidak diragukan lagi bahwa menuntut ilmu termasuk amalan yang paling mulia, bahkan itu adalah bagian dari jihad dijalan Allah, apalagi pada zaman kita sekarang, zaman dimana bid’ah tersebar luas di masyarakat, kebodohan terhadap agama yang sangat merata bahkan banyak yang berfatwa dengan kebodohan, dan juga banyak perdebatan dalam agama tanpa dasar ilmu. Tiga sebab inilah yang mengharuskan kepada setiap pemuda untuk semangat dalam menuntut ilmu agama”. (Kitabul Ilmi:23)
9. Orang yang berilmu adalah penegak agama Allah sampai hari kiamat.
Dari Mu’awiyah, bahwa Rosulullah bersabda: “Barang siapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah maka niscaya ia akan difahamkan dalam agama, dan aku hanyalah orang yang membagi sedangkan yang memberi adalah Allah, dan senantiasa akan ada diantara umatku ini yang tegak diatas perintah Allah sampai hari kiamat dan orang-orang yang menyilisihi mereka tidak akan mencelakakan mereka”.(H.R Bukhori)
Imam Bukhori ketika membawakan hadits ini berkata: “Mereka (yang tegak diatas perintah Allah) adalah Ahlul Ilmi”. Dikesempatan yang lain beliau mengatakan: “Mereka adalah Ahlul Hadits”.
Maka Syaikh Albani mengumpulkan kedua perkatan Imam Bukhori ini dengan mengatakan: “Tidak ada berbedaan antara ucapan beliau ini dengan ucapan sebelumnya separti yang sudah nampak, karena Ahlul ilmi adalah Ahlul hadits, dan setiap orang bertambah wawasannya dalam hadits maka akan bertambah pula ilmunya lebih dari pada orang yang kurang pengetahuannya terhadap hadits”. (As-Shohihah:1/542)
Setiap penuntut ilmu yang dianugerahi pemahaman oleh Allah dalam perkara agama dan setiap alim yang telah dibukakan akalnya oleh Allah, hendaknya memanfaatkan ilmu yang telah diberikan Allah kepadanya, memanfaatkan setiap kesempatan yang memungkinkan untuk berdakwah, sehingga dengan begitu ia bisa menyampaikan apa yang diperintahkan Allah, mengajarkan syari'at Allah kepada masyarakat, mengajak mereka kepada kebaikan dan mencegah mereka dari kemungkaran, menerangkan kepada mereka hal-hal yang masih samar terhadap mereka di antara perkara-perkara yang diwajibkan atas mereka atau diharamkan Allah atas mereka.
Syaikh Al-Utsaimin berkata: “Tidak diragukan lagi bahwa menuntut ilmu termasuk amalan yang paling mulia, bahkan itu adalah bagian dari jihad dijalan Allah, apalagi pada zaman kita sekarang, zaman dimana bid’ah tersebar luas di masyarakat, kebodohan terhadap agama yang sangat merata bahkan banyak yang berfatwa dengan kebodohan, dan juga banyak perdebatan dalam agama tanpa dasar ilmu. Tiga sebab inilah yang mengharuskan kepada setiap pemuda untuk semangat dalam menuntut ilmu agama”. (Kitabul Ilmi:23)
9. Orang yang berilmu adalah penegak agama Allah sampai hari kiamat.
Dari Mu’awiyah, bahwa Rosulullah bersabda: “Barang siapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah maka niscaya ia akan difahamkan dalam agama, dan aku hanyalah orang yang membagi sedangkan yang memberi adalah Allah, dan senantiasa akan ada diantara umatku ini yang tegak diatas perintah Allah sampai hari kiamat dan orang-orang yang menyilisihi mereka tidak akan mencelakakan mereka”.(H.R Bukhori)
Imam Bukhori ketika membawakan hadits ini berkata: “Mereka (yang tegak diatas perintah Allah) adalah Ahlul Ilmi”. Dikesempatan yang lain beliau mengatakan: “Mereka adalah Ahlul Hadits”.
Maka Syaikh Albani mengumpulkan kedua perkatan Imam Bukhori ini dengan mengatakan: “Tidak ada berbedaan antara ucapan beliau ini dengan ucapan sebelumnya separti yang sudah nampak, karena Ahlul ilmi adalah Ahlul hadits, dan setiap orang bertambah wawasannya dalam hadits maka akan bertambah pula ilmunya lebih dari pada orang yang kurang pengetahuannya terhadap hadits”. (As-Shohihah:1/542)
Setiap penuntut ilmu yang dianugerahi pemahaman oleh Allah dalam perkara agama dan setiap alim yang telah dibukakan akalnya oleh Allah, hendaknya memanfaatkan ilmu yang telah diberikan Allah kepadanya, memanfaatkan setiap kesempatan yang memungkinkan untuk berdakwah, sehingga dengan begitu ia bisa menyampaikan apa yang diperintahkan Allah, mengajarkan syari'at Allah kepada masyarakat, mengajak mereka kepada kebaikan dan mencegah mereka dari kemungkaran, menerangkan kepada mereka hal-hal yang masih samar terhadap mereka di antara perkara-perkara yang diwajibkan atas mereka atau diharamkan Allah atas mereka.
10. Ilmu bagaikan air hujan yang
Allah turunkan ke bumi.
Abu Musa Al-Asy'ari Radhiyallahu
Anhu yang berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa SalIam
bersabda,
"Sesungguhnya perumpamaan petunjuk dan ilmu yang diutus Allah kepadaku seperti hujan yang membasahi bumi. Ada bumi yang subur yang menerima air kemudian menumbuhkan rumput yang banyak.Ada bumi yang keras yang menahan air kemudian dengannya Allah memberi manfaat kepada manusia.Mereka meminum dari air ter-sebut, memberi minum hewan ternaknya, dan bercocok tanam. Hujan juga membasahi bumi yang lain, yaitu lembah yang tidak mampu menahan air dan menumbuhkan rumput. Demikianlah perumpamaan orang yang memahami agama Allah kemudian mendapat manfaat dari apa yang aku diutus dengannya. la belajar dan mengajar. Dan itulah perumpamaan orang yang tidak bisa diangkat kedudukannya oleh petunjuk Allah, dan tidak menerima petunjuk Allah yang aku diutus dengannya." (Diriwayatkan Al-Bukhari, dan Muslim).
Pertama, orang yang mampu menghapal ilmu dan memahaminya.Mereka memahami makna-maknanya, mengeluarkan hukum-hukumnya, hikmah-hikmahnya, dan manfaat-manfaatnya.Mereka seperti tanah yang menerima air kemudian menumbuhkan rumput yang banyak.Pemahamannya terhadap agama, dan istimbath hukum adalah seperti tumbuhnya rumput dengan air.
Kedua, orang yang mampu menghapal ilmu, menjaganya, menyebar-kannya, dan mengendalikannya, namun tidak mampu memahami makna-maknanya, mengeluarkan hukum², hikmah², dan manfaat² dari ilmu tersebut.Mereka seperti orang yang mampu membaca Al-Qur'an, menghapalnya, memperhatikan makharijul huruf (tempat ke-luarnya huruf), dan harakat-nya, namun tidak dianugerahi pemahaman khusus oleh Allah, seperti dikatakan Ali Radhiyallahu Anhu, "Kecuali pemahaman yang diberikan Allah kepada hamba-Nya di dalam Kitab-Nya."
Ketiga, orang-orang yang tidak mendapatkan sedikit pun ilmu; baik hapalan, atau pemahaman, atau periwayatan.Mereka seperti tanah lembah yang tidak bisa menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan menahan (menyimpan) air.Mereka adalah kelompok orang-orang celaka.
"Sesungguhnya perumpamaan petunjuk dan ilmu yang diutus Allah kepadaku seperti hujan yang membasahi bumi. Ada bumi yang subur yang menerima air kemudian menumbuhkan rumput yang banyak.Ada bumi yang keras yang menahan air kemudian dengannya Allah memberi manfaat kepada manusia.Mereka meminum dari air ter-sebut, memberi minum hewan ternaknya, dan bercocok tanam. Hujan juga membasahi bumi yang lain, yaitu lembah yang tidak mampu menahan air dan menumbuhkan rumput. Demikianlah perumpamaan orang yang memahami agama Allah kemudian mendapat manfaat dari apa yang aku diutus dengannya. la belajar dan mengajar. Dan itulah perumpamaan orang yang tidak bisa diangkat kedudukannya oleh petunjuk Allah, dan tidak menerima petunjuk Allah yang aku diutus dengannya." (Diriwayatkan Al-Bukhari, dan Muslim).
Pertama, orang yang mampu menghapal ilmu dan memahaminya.Mereka memahami makna-maknanya, mengeluarkan hukum-hukumnya, hikmah-hikmahnya, dan manfaat-manfaatnya.Mereka seperti tanah yang menerima air kemudian menumbuhkan rumput yang banyak.Pemahamannya terhadap agama, dan istimbath hukum adalah seperti tumbuhnya rumput dengan air.
Kedua, orang yang mampu menghapal ilmu, menjaganya, menyebar-kannya, dan mengendalikannya, namun tidak mampu memahami makna-maknanya, mengeluarkan hukum², hikmah², dan manfaat² dari ilmu tersebut.Mereka seperti orang yang mampu membaca Al-Qur'an, menghapalnya, memperhatikan makharijul huruf (tempat ke-luarnya huruf), dan harakat-nya, namun tidak dianugerahi pemahaman khusus oleh Allah, seperti dikatakan Ali Radhiyallahu Anhu, "Kecuali pemahaman yang diberikan Allah kepada hamba-Nya di dalam Kitab-Nya."
Ketiga, orang-orang yang tidak mendapatkan sedikit pun ilmu; baik hapalan, atau pemahaman, atau periwayatan.Mereka seperti tanah lembah yang tidak bisa menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan menahan (menyimpan) air.Mereka adalah kelompok orang-orang celaka.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dengan
perspektif kesepaduan ilmu dan amal, maka akan memberikan perkembangan ke arah
perbaikan dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat akan berlomba-lomba dalam
memberikan amal saleh satu sama lain. Imam Ali Abi Thalib berkata, “Jangan sampai
ilmumu menjadi kebodohan dan keyakinanmu menjadi keraguan. Jika engkau berilmu,
maka beramallah, dan jika engkau yakin maka majulah”. Dengan ilmu yang benar
serta amal shaleh masyarakat bergerak dari kebodohan menuju kepintaran, dari
ketertinggalan menuju kemajuan dan dari kehancuran menuju kebangkitan. Allah
SWT menempatkan orang yang berilmu dan beramal shaleh sesuai dengan ilmunya
pada derajat yang paling tinggi. Jelasnya, Allah yang memiliki segala sesuatu
dan Maha Pemberi pasti memuliakan derajat orang-orang yang didalam dirinya
terdapat tiga hal yaitu keimanan yang kokoh, ilmu pengetahuan yang bermanfaat
dan selalu melakukan amal shaleh, sabar, ikhlas, dan selalu bertawakal padaNya.
Ilmu adalah landasan iman, hakekat pencarian ilmu pengetahuan pada diri manusia
sesungguhnya adalah dalam rangka mengenal Alllah SWT dengan segala
konsekuensinya.Dan hubungan antara ilmu dan amal shaleh tidak dapat dipisahkan
karena dua hal tersebut saling mempengaruhu satu sama lain.
3.2. Saran
Semoga apa yang telah di sampaikan
dalam makalah ini dapat barmanfaat terutama dalam pengembangan kepribadian
serta lebih giat dalam meningkatkan amal shaleh dan ilmu..Sebaiknya dalam
membuat makalah tentunya mencari informasi dari berbagai sumber.Agar materi
yang di sampaikan dapat lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an
Alkarim
Fajar.(2010).
Keutamaan orang yang berilmu.
Diakses dari:
http://www.kabutfajar.wordpress.com
Indah,
suci.(2012). Kewajiban menuntut ilmu
dan beramal shaleh.
Pada: 16 Desember 2012.
Libra,doni.(2012).Makalah Studi Islam tentang Amal Shaleh.
Pada: 17 Desember 2012
Taslaman,carner.(2012).
Miracle of the Qur’an. Bandung: mizan
Tim
Dosen PAI Universitas Jambi.(2012).Pendidikan
Agama Islam di
Universitas
jambi.jambi:universitas
jambi
Pratama, yovi.(2009). Kewajiban menuntut ilmu karena termasuk
amalan shaleh.
Pada: 15 Desember 2012
Saya tidak dapat cukup berterima kasih kepada Dr EKPEN TEMPLE kerana telah membantu saya mengembalikan kegembiraan dan ketenangan dalam perkahwinan saya setelah banyak masalah yang hampir menyebabkan perceraian, alhamdulillah saya bermaksud Dr EKPEN TEMPLE pada waktu yang tepat. Hari ini saya dapat mengatakan kepada anda bahawa Dr EKPEN TEMPLE adalah jalan keluar untuk masalah itu dalam perkahwinan dan hubungan anda. Hubungi dia di (ekpentemple@gmail.com)
BalasHapus